Do'a Ayah & Bunda

Do'a Ayah & Bunda, ..
Membuat ku Bertahan di Tepi Curamnya Pengetahuan Ini,
Terbayang Wajah Mereka, Membuat Aku dapat Berfikir,
Bahwa Hidup ini Susah, dan penuh dengan "Doa & Pengorbanan".

Ayah, Bunda...
Do'a kan Anak Mu ini Berhasil di kemudian hari,
Menjadi Orang yang Sukses,
berguna Bagi Nusa, Bangsa, & Agama.
Dan Dapat membanggakan, membahagiakan, & mengharumkan nama Keluarga...

Amin... Amin Ya Rabbal'alamin.

Minggu, 21 April 2013

" SOLUSIO PLASENTA "

“SOLUSIO PLASENTA”


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan kesehatan dan kemudahan kepada kami dalam menyelesaikan tugas laporan kasus ini. Kasus ini berjudul “ANEMIA PADA IBU HAMIL”.
Melalui makalah ini kami mencoba untuk menghimpun beberapa materi pokok yang relavan dan menyesuaikan dengan ruang lingkup pelayanan kebidanan serta tugas dan fungsi bidan.Makalah ini kami susun untuk membantu mahasiswa mempermudah dan memperdalam pengetahuannya di dalam lapangan prakteknya kelak.
Namun demikian penyusun mrnyadari bahwa materi ini masih jauh dari segi sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi penulisan maupun dari segi materi yang kami tuliskan.Oleh karena itu,segala pendapat,kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan,untuk lebih menyempurnakan tugas ini.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dalam rangka melengkapi materi pelajaran pada program pendidikan serta sekaligus melatih mahasiswa untuk terampil dalam memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi.                                                
TebingTinggi, 
Penulis


Daftar isi
Kata Pengantar........................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................
a.       Defenisi....................................................................................
b.      pengkajian................................................................................
c.       Gejala dan tanda-tanda............................................................
d.      Diagnosa...................................................................................
e.       Etiologi………………………………………..
f.       Fatifisiologi.............................................................................
g.      Klasifikasi..........................................................
h.      Pengobatan.................................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................







LANDASAN TEORI

A.  Definisi
Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa jenis perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan uterus dan kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak keluar dari tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus serta menyebabkan perdarahan yang tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau parsial.


2.2 Klasifikasi dan Macam Solutio Plasenta
a.         Solusio plasenta ringan. Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di raba. Tanda gawat janin belum tampak dan terdapat perdarahan hitam per vagina.
b.        Solusio plasenta sedang. Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga bagian dengan perdarahan sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang danbagian janin sulit di raba. Janin sudah mengalami gawat janin berat sampaiIUFD. Pemeriksaan dalam menunjukkan ketuban tegang. Tanda persalinantelah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.
Solusio plasenta berat. Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian. Perut nyeri dan tegang dan bagian janin sulit diraba, perut sepertipapan. Janin sudah mengalami gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam ditemukan ketuban tampak tegang. Darah dapat masuk otot rahim, uterus Couvelaire yang menyebabkan Antonia uteri serta perdarahan pasca partus. Terdapat gangguan pembekuan darah fibribnogen kurang dari100-150 mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai nampak.

Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu :
1.        Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%.
2.      Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda prerenjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3.      Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian ataukeseluruhan.

2.3 Penyebab Solusio Plasenta
·        Trauma langsung Abdomen
·        Hipertensi ibu hamil
·        Umbilicus pendek atau lilitan tali pusat
·        Janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas
·        Tekanan pada vena kafa inferior
·        Preeklamsia/eklamsia

Tindakan Versi luar
·        Tindakan memecah ketuban (hamil biasa, pada hidramnion, setelah anak pertama hamil ganda)
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
1.       Faktor kardiorenovaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia daneklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensipada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanyahipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
2.      Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
·        Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
·        Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
·        banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
·        Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3.      Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman diRSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
4.      Faktor usia ibu
Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umuribu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
5.      Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
6.      Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uetrus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35%.
7.      Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.
8.      Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini padakehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamillainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
9.      Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uteruspada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanyakehamilan, dan lain-lain.
2.5 Patologi
Solusio plasenta di awali perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua kemudian terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat keendometrium. Akibatnya, proses ini pada tahapnya yang paling awal memperlihatkan pembentukan hematom desidua yang menyebabkan pemisahan, penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang ada di dekatnya. Pada tahap awal mungkin belum ada gejala klinis.
Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami rupture sehingga menyebabkan hematom retroplasenta, yang sewaktu membesar semakin banyak pembuluh darah dan plasenta yang terlepas. Bagian plasenta yang memisah dengan cepat meluas dan mencapai tepi plasenta. Karena masih teregang oleh hasil konsepsi, uterus tidak dapat berkontraksi untuk menjepit pembuluh darah yang robek yang memperdarahi tempat implantasi plasenta. Darah yang keluar dapat memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus dan akhirnya muncul sebagai perdarahan eksternal, atau mungkin tetap tertahan dalam uterus.

2.6 Gambaran Klinis
Soluti  plasenta ringan
Terjadi rupture sinus masrginalis. Bila terjadi perdarahan pervaginamwarna merah kehitaman, perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang.Tetapi bagian-bagian janin masih teraba.

Solution plasenta sedang
Plasenta telah terlepas seperempat sampai duapertiga luas permukaan. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan seperti pada solution plasenta ringan atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, nyeri tekan, bagian janin sukardi raba., BJA sukar di raba dengan stetoskop biasa. Sudah dapat terjadi kelainan pembekuan darah atau ginjal.

Solution plasenta berat
Plasenta telah lepas lebih duapertiga luas permukaannya, terjadi tiba-tiba,ibu syok janin meningggal. Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tidak sesuai dengan keadaan syok ibu. Besar kemungkinan telah terjadi gangguan pembekuan darah dan ginjal.

2.7 Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :
1.      Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.

2.      Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu, oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

3.      Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus solusio plasenta yang ditelitinya. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah. Mekanisme gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua fase, yaitu:
a.       Fase I
Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadipembekuan darah, disebut disseminated intravasculer clotting.Akibatnya ialah peredaran darah kapiler (mikrosirkulasi) terganggu.Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen disebabkan karenapemakaian zat tersebut, maka fase I disebut jugacoagulopathi consumptive. Diduga bahwa hematom subkhorionik mengeluarkan tromboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut.Akibat gangguan mikrosirkulasi dapat mengakibatkan syok, kerusakanjaringan pada alat-alat yang penting karena hipoksia dan kerusakanginjal yang dapat menyebabkan oliguria/anuria.

b.              Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untukmembuka kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha inidilaksanakan dengan fibrinolisis. Fibrinolisis yang berlebihan malahberakibat lebih menurunkan lagi kadar fibrinogen sehingga terjadiperdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan pembekuandarah harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium, namun diklinik pengamatan pembekuan darah merupakan cara pemeriksaanyang terbaik karena pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukanwaktu terlalu lama, sehingga hasilnya tidak mencerminkan keadaanpenderita saat itu.

4.    Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
       Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahimdan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebutUterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:
1.      Fetal distress
2.      Gangguan pertumbuhan/perkembangan
3.      Hipoksia dan anemia
4.      Kematian

2.8 Diagnosis
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai contoh, perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan plasenta belum begitu luas sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau dapat juga terjadi perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas seluruhnya dan janin meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang jauh lebih besar bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang lebih tinggi, namun juga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehingga pemberian transfusi sering tidak memadai atau terlambat. Menurut penelitian retrospektif yang dilakukan Hurd dan kawan-kawan pada 59 kasus solusio plasenta dilaporkan

 Solusio plasenta klasik mempunyai ciri-ciri nyeri yang hebat pada perut yang datangnya cepat disertai uterus yang tegang terus menerus seperti papan, penderita menjadi anemia dan syok, denyut jantung janin tidak terdengar dan pada pemeriksaan palpasi perut ditemui kesulitan dalam meraba bagian-bagian janin. Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis solusio plasenta antara lain :
1.      Anamnesis.
·        Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat menunjukkan tempat yang dirasa paling sakit.
·        Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong(non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuandarah yang berwarna kehitaman.
·        Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi).
·        Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.Ibu terlihat anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluarpervaginam.
·        Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

2.      Inspeksi.
·        Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
·        Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
·        Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

3.      Palpasi
·        Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan
·        Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his.
·        Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
·        Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.



4.      Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengarbiasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilangbila plasenta yang terlepas lebih dari satu per tiga bagian.

5.      Pemeriksaan Dalam
Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
·        Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun di luar his.
·        Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini sering meragukan dengan plasenta previa.

6.      Pemeriksaan Umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuhdalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil dan filiformis.

7.      Pemeriksaan Laboratorium
·        Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.
·        Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT(Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex),dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%).

8.       Pemeriksaan Plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta yang disebut hematoma retroplacenter.
9.      Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain:
·        Terlihat daerah terlepasnya plasenta-Janin dan kandung kemih ibu.
·        Darah.
·        Tepian plasenta.

Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis, yaitu:
a.       Solusio plasenta ringan
Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang,janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.
b.      Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infusoksitosin dan jika perlu seksio sesaria.
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telahterjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion juga dapat mengurangi perdarahan dari tempat implantasi dan mengurangi masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu yang mungkin akan mengaktifkan faktor-faktor pembekuan dari hematom subkhorionik dan terjadinya pembekuan intravaskuler dimana-mana.
Gagal ginjal sering merupakan komplikasi solusio plasenta. Biasanya yang terjadi adalah nekrosis tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat tertolong dengan penanganan yang baik. Tetapi bila telah terjadi nekrosiskorteks ginjal, prognosisnya buruk sekali. Pada tahap oliguria, keadaan umum penderita umumnya masih baik. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang teliti yang harus secara rutin dilakukan pada penderita solusio plasenta sedang dan berat, apalagi yang disertai hipertensi menahun dan preeklamsia. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang, pemberantasan infeksi yangmungkin terjadi, mengatasi hipovolemia, menyelesaikan persalinan secepatmungkin dan mengatasi kelainan pembekuan darah.
Kemungkinan kelainan pembekuan darah harus selalu diawasi dengan pengamatan pembekuan darah. Pengobatan dengan fibrinogen tidak bebas dari bahaya hepatitis, oleh karena itu pengobatan dengan fibrinogen hanya pada penderita yang sangat memerlukan, dan bukan pengobatan rutin. Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah kelainan pembekuan darah.
Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika itu tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan persalinan adalah seksio sesaria.
Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire) tidak merupakan indikasi histerektomi. Akan tetapi, jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka tindakan histerektomi perlu dilakukan.

2.9 Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi tidaknya perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta sampai selesainya persalinan. Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal.
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian. Tetapi ada literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%. Pada kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio plasenta berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus-kasus tertentu tindakan seksio sesaria dapat mengurangi angka kematian janin

2.10 Penatalaksanaan
1.      Konservatif
Menunda pelahiran mungkin bermamfaat pada janin masih imatur serta bila solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus dianggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis
2.      Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia beratdan koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervagina kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam.

 PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien dengan solutio plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat.
Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat, janin terlalu aktif sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin.

3.2 Saran
            Penulis harapkan semoga dimasa yang akan datang, para tenaga kesehatan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien kasus solusio plasenta. Dan harapan penulis kepada para pembaca semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah keterampilan kita dalam memberi pelayanan kesehatan.






DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, dkk,. 2001. Obstetrical haemorrhage. Wiliam obstetrics 21th
              edition. Lange USA: Prentice Hall International Inc Appleton.
Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2.
              Jakarta: EGC.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio-
plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru-
periode-1-januari-2002-31-desember-2006/. Diakses tanggal 22 Maret 2008.
Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi & obstetri-
              ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan          Kelak. Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka            Sarwono Prawiroharjo.
Wong, Dona L, dkk,. 2002. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
              Mosby Inc



Tidak ada komentar:

Posting Komentar