Do'a Ayah & Bunda

Do'a Ayah & Bunda, ..
Membuat ku Bertahan di Tepi Curamnya Pengetahuan Ini,
Terbayang Wajah Mereka, Membuat Aku dapat Berfikir,
Bahwa Hidup ini Susah, dan penuh dengan "Doa & Pengorbanan".

Ayah, Bunda...
Do'a kan Anak Mu ini Berhasil di kemudian hari,
Menjadi Orang yang Sukses,
berguna Bagi Nusa, Bangsa, & Agama.
Dan Dapat membanggakan, membahagiakan, & mengharumkan nama Keluarga...

Amin... Amin Ya Rabbal'alamin.

Sabtu, 20 April 2013

Makalah SKDN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang Masalah

Untuk menciptakan masyarakat yang sehat dinas kesehatan dan puskesmas melakukan berbagai upaya seperti, bagian dari sistem kesehatan nasional dengan melibatkan peran serta kader dan masyarakat untuk menangani masalah gizi yang pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat namun penanggulangan tidak dapat dilakukan lewat pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Supariasa. 2002).

Ø  KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak. KMS harus dibawa ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan demikian pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan lengkap bagi anak yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN.

Ø  Pengertiannya S adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu, K adalah jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS, D adalah jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini, N adalah jumlah balita yang naik berat badanya. Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan penimbangan, kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu, tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan, kecenderungan status gizi, efektifitas kegiatan. (Suhardjo. 1996).
1.2 Tujuan

1. Pembaca mengerti mengenai SKDN
2. Memberitahu pembaca mengenai gambaran status gizi melalui balok SKDN
3. pembaca mengetahui sistem pencatatan dan pelaporan data SKDN
4. Menjelaskan pengolahan data SKDN
1.3 Rumusan Masalah

*      Apa kepanjangan  SKDN
*      Bagaimana gambaran status gizi melalui balok SKDN
*      Bagaimana sistem pelaporan data SKDN
*      Bagaimana cara pengolahan data SKDN



BAB II
    PEMBAHASAN
2.1     Pengertian

KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak. KMS harus dibawa ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan demikian pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan lengkap bagi anak yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN.

v  SKDN  adalah data untuk memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri mempunyai singkatan yaitu sebagai berikut:

S  = adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu.
K =  jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS bulan ini.
D =  jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini.
N =  jumlah balita yang naik berat badanya mengikuti pita KMS pada bulan ini.
L  =  semua anak yang lulus program UPGK pada bulan ini. Anak pada umur 36 bulan minimal beratnya >11,5.
S36 = jumlah anak yang bulan ini mencapai umur 36 bulan diantara balita peserta penimbangan.

Tujuan :
Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S). (Suhardjo. 1996).

2.2 Perhitungan SKDN

Pemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan bulanan posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN tersebut. Indikator yang dipakai adalah N/D (jumlah anak yang berat badannya naik dibandingkan dengan jumlah anak yang ditimbang dalam %). Peramalan dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan D/S setiap bulan pada wilayah masing-masing wilayah kecamatan. Pematauan status gizi dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan format laporan yang telah ada.


*      Balita yang datang dan ditimbang (D/S)
Pengertian :
Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang berat badannya.

*      Definisi Operasional
Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang berat badannya (D) di posyandu maupun di luar posyandu satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.


*      Balita yang naik berat badannya (N/D)
Definisi Operasional Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu maupun di luar posyandu yang berat badannya naik dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumusnya :
a.       Contoh Kasus :
Dari laporan kegiatan Gebyar Posyandu  27 pada tanggal 27 Desember 2008, didapat data, seperti ; (DKI Jakarta) tercatat jumlah seluruh Balita yang ada sebesar 553.775 Balita, dan sebanyak 425.946 diantaranya telah memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS), sementara itu, sebanyak 279.371 balita ditimbang berat badannya, sedangkan balita yang naik berat badannya adalah sebanyak 148.642 anak.

Cara Perhitungan:
Cakupan kegiatan program (output) yaitu:
Jumlah Kelompok masyarakat yang sudah diberikan pelayanan
kesehatan (Numerator)
Jumlah kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program
(Denominator)
Dengan konstanta yang digunakan adalah persentase (%)
Jumlah kelompok masyarakat dengan konstanta
Cakupan Kegiatan yang sudah diberikan pelayanan digunakan adalah

Program (Output)  ˭    kesehatan (numerator)     X    persentase (%)
yaitu
Jumlah kelompok masyarakat
Yang menjadi sasaran program
denominator

1)      Cakupan balita yang memiliki KMS (K) :
=  425.946/553.775  X  100%  = 76,92%

2)      Cakupan balita yang ditimbang (D)   :
= (279.371)/(553.775)  X  100%  =  50,45% dari 553.775 balita

3)      Cakupan balita yang timbangannya naik (N)  :
= 148.642/553.775  X  100%  =  53,21% dari 279.371 balita yang ditimbang
Dan sebesar tercatat, 21.300 atau 7,62% balita dengan status Kurang Gizi (KG) NDKS : 5,993 atau 2,14% balita dengan status Gizi Buruk (GB).
2.2 Pengolahan

Dalam pengolahan penghitungan N dan D harus benar. Misalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan berat badan 0,1 kg,ketika data berat tersebut dipindahkan ke KMS ternyata tidak naik mengikuti pita warna, pada contoh ini anak tidak dikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat buku pemantau pertumbuhan). Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N atau dalam bentuk proporsi N/D, D/S, K/S dan BMG/D untuk masing-masing posyandu. Biasanya setelah melakukan kegiatan di Posyandu atau di pospenimbangan petugas kesehatan dan kader Posyandu (petugas sukarela) melakukan analisis SKDN. Analisinya terdiri dari:
Tingkat partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita Yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yangada di wilayah kerja Posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/Sx 100%), hasilnya minimal harus mencapai 80%, apabila dibawah 80% maka dikatakan partisipasi masyarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader Posyandu akan memungkinkan balita ini tidak diketahui pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan baerat badannya.
Tingkat Liputan Program Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan jumlah seluruh balita yang ada diwilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%). Hasil yang didapat harus 100%. Alasannya balita–balita yang telah mempunyai KMS telah mempunyai alat instrument untuk memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan lainnya. Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS makan pada dasarnya program POSYANDU tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau bisa juga dikatakan balita tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini menggunakan rumus (S-K)/S x 100%), yaitu jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu dikurangi Jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu tersebut. Semakin tinggi Presentasi Kehilangan kesempatan, maka semakin rendah kemauan orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KMS sangat baik untuk memantau pertumbuhan berat badan balita atau juga pola pertumbuhan berat badan balita
Indikator lainnya2 adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik berat badannya dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya semua balita yang ditimbang harus mengalami peningkatan berat badan.
Indikator lainnya dalam SKDN adalah indicator Drop-Out, yaitu balita yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di Posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan.  Rumusnya yaitu jumlah balita yang telah mendapatkan KMS dikurangi dengan jumlah balitayang ditimbang, dan hasilnya dibagi dengan balita yang mempunyai KMS ((K-D)/K x 100%).
Indikator lainnya dalam SKDN adalah indikator perbandingan antara jumlah balita yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah (BGM) dibagi dengan banyaknya jumlah balita yang ditimbang pada bulan penimbangan (D). Rumusnya adalah (BGM/D 100%)A.
2.3 Cara Penyajian

a)      Komponen Output
Menurut Azrul Azwar, DR,dr, MPH, output merupakan hasil dari statu pekerjaan administrasi, dalam ilmu kesehatan dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health service). Kinerja output disini meliputi cakupan hasil program gizi di Posyandu yang dapat dilihat dalam bentuk persentase cakupan yang berhasil dicapai oleh suatu Posyandu. Adapun cakupan hasil program gizi di Posyandu tersebut adalah sebagai berikut :
o   Cakupan Program (K/S)
Cakupan program (K/S) adalah Jumlah Balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase K/S disini, menggambarkan berapa jumlah balita diwilayah tersebut yang telah memiliki KMS atau berapa besar cakupan program di daerah tersebut telah tercapai.

o   Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S)
Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) adalah Jumlah Balita yang ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja Posyandu kemudian dikali 100 %. Persentase D/S disini, menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di dareah tersebut yang telah tercapai.


o   Cakupan Kelangsungan Penimbangan (D/K)
Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah Jumlah Balita yang ditimbang di Posyandu dalam dibagi dengan jumlah balita yang telah memiliki KMS kemudian dikali 100%. Persentase D/K disini, menggambarkan berapa besar kelangsungan penimbangan di daerah tersebut yang telah tercapai.

o   Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)
Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata – rata jumlah Balita yang naik berat badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase N/D disini, menggambarkan berapa besar hasil penimbangan didaerah tersebut yang telah tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

§  Bapenas. 2008. Internet. “ Assessment           Kapasitas Lokal”. http://www.issdp.ampl.or.id/v2. Diakses 29 Februari 2010).

§  Depkes RI. 2005. Pedoman Pelaksana: Program Pelayanan Kesehatan Puskesmas.

§  Depkes RI. 2006. Profil Kesehatan Provinsi Sul-Sel.

§  Dinkes Takalar. 2010. Profil Puskesmas Towata.

§  Gemari. 2005. “Maksimalkan TP PKK untuk kelola Posyandu”. Majalah Keluarga Mandiri.

§  Kesmas. 2007. “Jurnal kesehatan Masyarakat Nasional”. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

§  Naim, Umar. 2008.” POSYANDU:Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat”. Penerbit Kareso. Yogyakarta.

§  Nanik S. 2007. Internet. “Kota Bogor Siap Menyongsong Kelurahan Siaga 2008”. http://kotabogor.go.id/index, diakses I Maret 2010.

§  Nursalam.2003. “Konsep dan Penerapan Metodologipenelitian Ilmu Keperawatan”. Salemba Medika. Jakarta.

§  Pohan, Imbalo. 2007. “Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian dan Penerapan”. EGC. Jakarta.

§  Sciortino, Rosalina. 2000. “Menuju Kesehatan Madani”. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

§  Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

§  STIKES Tanawali Persada Takalar. (2009). Buku Panduan Penelitian, Takalar: Stikes Tanawali Persada Takalar.

§  Suara karya. 2006. Internet “Desa Siaga Berdayakan Potensi Lokal Menuju Desa Sehat”.http://www.suarakarya online com/news.htmi, Diakses 1 Maret 2010.

§  Sulkan Y. 2000. “Kamus Bahasa Indonesia: Praktis Populer dan Kosakata Baru”. Penerbit Mekar. Surabaya.

§  Supari, Fadilah. 2006. Internet. “Melalui Desa Siaga, Rakyat Sehat”.http://www.promosikesehatan.com/news.html, Diakses 29 Februari 2010.


§  Surya. 2007. Internet. “Desa Siaga Dikembangkan di Jawa Timur dengan Mengaktifkan Kader”. http://www.surya.co.id/web. Diakses 29 Februari 2010.

§  Uli, Mailt. 2005.Internet. “Kader Kesehatan Siap Memasyarakatkan Hidup Bersih dan Sehat Kepada Masyarakat”. htts://www.unilever.co.id/ourcomoan /beritaandmedia, diakses 3 maret 2010.

§  Unicef. 2000. “Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga”.UPGK. Jakarta.

§  Widiastuti, Agung, I Gusti. 2006. Internet. “Pemanfaatan Pelayanan Posyandu di Kota Denpasar”. http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/up-pdf. Diakses 29 Febuari 2010.

§  Widodowati, Retno Lestari. 2004. “Warta Kesehatan Masyarakat”. Pelatihan Kader Posyandu Desa Sukabumi.

§  Zulkifli. 2003. Internet. “Posyandu dan KaderKesehatan”. http://www.library.usu.ac.id/modules.php. Diakses 1 maret 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar